Catatan: Hendy UP *]
#MOZAIK KETUJUHBELAS#
SELAMAT TINGGAL PURWOKERTO
Pasca menerima ijazah SPMA pada Jumat, 23 Desember 1977, aku segera pulang kampung. Bersimpuh di pangkuan ibu untuk berurai syukur dengan penuh eulogia.
Ba'da shalat isya, menyendiri di beranda rumah, tak jemu aku menatap selembar ijazah asli yang kutirakati selama tiga tahun. Kertas watermark itu berwarna kuning ke-emasan, agak tebal, sejenis kertas concorde yang kini banyak dijual di pasar Pramuka Salemba Raya. Halaman belakangnya berwarna putih, berisi 11 daftar nilai ujian akhir yang selalu kukenang, karena masih menjejak horornya suasana ujian itu.
Yaa, di ruangan luas berlangit- langit tinggi peninggalan Belanda, dua orang pengawas duduk "meneror" di kursi tinggi mirip tangga tukang servise AC yang tengah khusyu' mendeteksi zat freon. Tapi aku berusaha tenang dengan merapal doa yang selalu mengamit bibir. Kadang bait doa itu menghilang sesaat, tatkala ada soal yang tak terjangkau akal. **
Semakin sunyi, tapi kutatap terus ijazah itu. Di sudut atas tertulis nomor seri: Yg/VI/5657/77. Mungkin "Yg" itu bermakna Yogya. Ukurannya cukup lebar, sekitar 24,5 × 34 cm. Terpampang namaku dengan huruf kapital ukir dengan spidol khusus yang diterakan sangat rapi dan penuh presisi. Dicantumkan pula bahwa ujian penghabisan dilaksanakan dari 10 Oktober hingga 9 November 1977. Dan di sudut kanan bawah tertulis: Yogyakarta, 5 Desember 1977. Ditandatangani oleh Sekretaris ujian Pak Soewardi dan Ketua Pak RM Sardijatmo, yang kala itu menjabat sebagai kepala SPMA Yogyakarta. Di kiri bawah tertera tanda tangan Pak Drs.R.Hardjono selaku Kapus Diklat Departemen Pertanian RI. **
Aku kembali menikmati kedamaian kampungku yang berimbun nyiur, kenanga dan kuweni seperti ketika aku beranjak bujang. Aneka vegetasi khas kampungku itu kini semakin meninggi langit, kecuali sebatang kelor yang berlilit sirih di atas sumur tua. Kakekku rutin menutuhnya menjelang bulan Suro yang dianggap sakral dan penuh klenik. Padahal, sakralitas Suro itu diciptakan Sultan Agung Mataram sebagai bentuk 'giroh' untuk memperingati tahun baru Islam: bulan Suro ya bulan Muharam.
Kisahnya, konon pada tahun 1633 Masehi atau bertepatan 1043 Hijrah, Sultan Agung menggabungkan kalender Saka (Hindu) dengan kalender Hijrah (Islam). Tanggalnya mengikuti Hijrah, tahunnya meneruskan tahun Saka, dan nama bulannya diciptakan sendiri oleh Sang Sultan. Menggabungkan kosa kata Djawa dan Islam, semisal: Suro ~ Sapar ~ Mulud~ dst. Itulah kalender Djawa. Orang yang kurang belajar sejarah, kadang memblow-up kleniknya mengenyampingkan inovasi keilmuannya. ***
Kemarin dulu, di malam Natal, kutinggalkan Purwokerto dengan mengempit selembar ijazah asli. Batinku bergumam: "Tiga tahun aku memelukmu, kini kita harus merenggang. Selamat tinggal Purwokerto! Karena engkau, aku belajar hidup otonom, mengatur uang yang sedikit, memantaskan diri untuk menjadi orang kota dan membunuh banyak keinginan. See you!"
Tak lama di kampung, aku pergi ke Sukamandi untuk kerja magang. Di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (kini menjadi Balitpa). Aku menemui seseorang, bertitel insinyur, atas saran guruku. Beliau teman guruku sesama alumni UNSOED. Dan alhamdulillah aku diterima. Kala itu, tugasku Senin~Kamis, di terik mentari, dibebani tudung lebar, mengukur tinggi batang & jumlah anakan di petak-petak sawah yang bertengger belasan papan plot.
Tapi tak lama, karena aku tekor. Honorarium per bulan hanya Rp 7.500,- biaya hidup minimalis Rp.12.500,- Akhirnya aku pamit undur diri. Aku ngabret ke Bandung via Cadas Pangeran. Aku ikut pamanku, tinggal di Dago atas. Persis di depan Lab. Fak. Peternakan UNPAD yang bersebelahan dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS).
Pada Kamis 13 Juli 1978, aku mengantar lamaran kerja di Dinas Pertanian Jabar, di Jalan Suropati No.71 Bandung. Di ruang pendaftaran, aku mendengar info bahwa Diperta Jabar telah ber-MoU dengan Diperta SUMSEL untuk rekruitmen calon PPL dari Jabar.
Pada 25~26 Juli 1978, kami mengikuti test di Aula Diperta yang luas. Materinya TPU dan psikotest. Konon, pelamarnya limaratusan lebih, sedangkan yang akan diterima 297. Dari pihak SUMSEL hadir pengawas test, yang memperkenalkan dirinya. Seingatku namanya Pak Adang Sutandar dan Pak Moch. Syafei.
[Bersambung... ]
*] Muarabeliti, 28 Juni 2025