Kamis, 04 Juni 2020

SEPEDA ANTIK

SEPEDA ANTIK

Oleh: Hendy UP *)

    Di kota-kota besar Indonesia, telah bertumbuh komunitas GOES sejak beberapa tahun belakangan ini. Mula-mula diinisiasi oleh para pensiunan baik TNI, POLRI maupun ASN dan kalangan BUMN atau wiraswasta. Mungkin pertimbangan awalnya adalah model olahraga ringan di kawasan kompleks perumahan.

    Barang kali juga terprovokasi oleh gelombang pemikiran lingkungan sehat dengan olahraga kebugaran yang cocok bagi para manula. Belakangan mulai tumbuh pula komunitas pesepeda plus pengoleksi sepeda antik yang merambah kalangan eksekutif muda di kompleks perumahan elit menengah atas.

    Di antara ribuan pemuda milenial Jakarta, adalah seorang pemuda sang penggemar sepeda antik. Namanya Andy Andriana (32 th: 2008). Bermula dari tahun 2000 ketika ia merasa beruntung mampu membeli sepeda Raleigh (utk perempuan) yang diproduksi tahun 1953, dari sebuah pasar di kawasan Mentengpulo, Jakarta Pusat. Sepeda tua yang masih tertempel logo "R" itu dibeli dengan harga Rp 375.000,- Andy sangat senang demi memiliki sepeda tua tersebut yang bisa terkategori sebagai "sepeda antik" nan langka. Ia sudah berkeliling dari bengkel ke bengkel, pasar loak dan barang bekas yang berada di kawasan Jakarta, bahkan hingga ke Depok dan Bogor. Setamat kuliah, perburuan sepeda antik hingga ke kota lama seperti Yogya dan Solo.

    Pemuda penggemar sepeda antik ini adalah putra Pak Rachmad Nugroho, seorang pilot pesawat kepresidenan sejak jaman Pak Harto; dan tinggal di Blok A-9 No. 2 Kompleks Perumahan Jatiwaringin Asri, Pondokgede. Memburu sepeda antik ke berbagai pasar loak dan bengkel sepeda ini, dilakoninya di kala senggang waktu dalam kesibukannya sebagai mahasiswa Desain Universitas Paramadina Jakarta Selatan.

    Tak puas dengan hanya memiliki sepeda Raleigh (1953), ia terus berburu sepeda. Di sebuah bengkel di Warungbuncit (Jaksel), tertengger sepeda kuno merek Gazelle yang dipasang harga Rp 1,5 juta. Sungguh Andy sangat kecewa, karena sepeda itu tergolong sangat tua dan paling dicari oleh para kolektor sepeda kuno. Sayang, ia tak punya uang sejumlah itu; dan ketika hampir setahun kemudian ia hendak membelinya, ternyata bengkel sepeda itu telah raib (jadi bengkel motor) berikut Gazelle yang diidamkannya!

    Dasar Andy si pemburu sepeda, gagal memiliki Gazelle, eh.. tiba2 ditawari oleh seorang kolektor sepeda, merek tua Philips buatan Belanda tahun1930-an dengan harga Rp 175.000,- Di tengah kesibukannya sebagai "car audio spesialis & salon mobil", kini Andy telah mengoleksi 18 sepeda (tua dan baru), antara lain bermerek: Raleigh, Philips dan Centaur buatan Inggris tahun 1940-an. Sepeda Centaur dibeli seharga Rp 175.000,- dari sebuah bengkel sepeda di sebelah Carrefour Jln MT. Haryono Jaksel di tahun 2002.

    Sebagai kolektor sepeda, Andy memiliki komunitas tersendiri yang kadang berkumpul di Silang Monas untuk saling unjuk koleksi sepeda antik dengan aneka variasi dan inovasi keantikannya. (*)

*) Muarabeliti: Erakorona,
     Kamis 4 Juni 2020.

[Ditukil dari Kompas edisi Jumat, 5 Desember 2008; Rubrik Otomotif, hal. 40; Ditulis oleh Musni Muis, wartawan].