Rabu, 04 Maret 2020

SEJARAH KOLONIAL BELANDA (1)

SERIAL SEJARAH PENJAJAHAN BELANDA ERA 1595- 1602 (1)

Oleh: Hendy UP *)

    
     Dihimpit oleh kesulitan ekonomi akibat permusuhan dan peperangan dengan Kerajaan Katholik Spanyol dan Kerajaan Katholik Portugis di akhir abad 15, muncullah inisiatif para saudagar (poorters en de koopluijden) di negeri Belanda utk mengambil terobosan niaga dengan cara mempelajari asal-usul komoditas primadona masy Eropa, yakni rempah2, kopi dll. Mereka bertekad kuat utk membeli langsung dari negara produsen di Nusantao/Nusantara. Karena keterbatasan pengetahuan geografi kala itu, mereka menganggapnya sebagai negeri Hindia di Timur Jauh. Mereka tahu bhw Portugis telah lebih dulu memiliki jaringan niaga rempah2 ke Timur Jauh itu.

    Pada 1592, diutuslah 2 orang pelayar, yakni Cornelis de Houtman ke Lisboa untuk mencari informasi ttg rempah2 (penyamar), dan Jan Huygen van Linschoten ke India utk mencari informasi lapangan ttg rempah2, karena menduga bhw India adalah produsen rempah2. Hasil pelacakan kedua utusan itu disimpulkan bhw Banten di Timur Jauh adalah negeri penghasil rempah2 yg sesungguhnya.

     Pada tahun 1594, para saudagar (9 org) Belanda mulai mendirikan "Compagnie van Verre" (perusahaan jarak jauh); dan pada 2 April 1595 berangkatlah rombongan dari Texel (Nederland) dengan 3 kapal dan 1 jacht dengan 250 awaknya, dipimpin oleh Cornelis de Houtman (lahir di Gauda, Holland, 2 April 1565) dengan tujuan Banten. Karena minimnya pengalaman berlayar, maka jalur yg dipilih adalah mengitari pantai barat- selatan Afrika, melewati Madagaskar, menyelusuri pantai India dan Srilangka.

     Terbatasnya logistik dan minimnya pengalaman, tak ayal terjadi "keributan" di atas kapal bahkan saling bunuh. Di Madagaskar mulanya hendak beristirahat sementara, tapi menjadi lama (lk 6 bln) dan terjadi pembunuhan antarawak kapal hingga ada monument "kuburan Belanda" di Madagaskar.

      Pada 5 Juni 1596 (lk.14 bulan) rombongan itu sampai di pulau Enggano (sebelah barat wilayah Bengkulu). Lalu meneruskan pelayaran ke Teluk Banten dan tiba pada 23 (atau 27?) Juni 1596. Kala itu Sultan Banten sdh menjalin hub dagang dg Portugis yg juga sebagian saudagarnya menetap di Banten. Sebagaimana layaknya pedagang, selama di Banten mencari komoditas rempah dan hasil bumi lainnya, mempelajari sosio-kultur pribumi, berkomunikasi secara terbatas (beda bahasa), serta mulai menjalin kemitraan dagang dengan Sultan Banten dan sekitarnya.

     Akan tetapi, karena perilaku dan tabiat orang2 Belanda itu kasar dan tdk ramah, maka terjadi perselisihan dan keributan dengan pribumi. Hal ini dimanfaatkan saudagar Portugis yg berkolaborasi dg Sultan Banten utk mengusir Belanda. Belanda hengkang, pergi ke pesisir utara Jawa dan tiba di Madura. Terjadi pula keributan dg pribumi dan memakan korban di kedua pihak, bahkan salah satu kapal Belanda dirampas utk kemudian membayar denda. Lalu pergi ke Bali, dan lagi2 terjadi perlawanan sengit pada 26 Februari 1597. Lalu singgah di Pulau Bawean di laut Jawa karena ada kerusakan sebuah kapalnya hingga akhirnya dibakar sendiri oleh Belanda pada 1597.

      Setelah dirasa cukup mendapatkan rempah2, maka pulanglah ke negerinya dengan sisa 3 kapal dan 87 awak yg selamat dan 163 tewas. Dengan susah payah, akhirnya rombongan tiba di Texel Nederland pada 14 Agustus 1597; dan disambut meriah seakan sbg pahlawan yg pulang dari medan juang.

(Bersambung ke: SEJARAH KOLONIAL BELANDA-2).

*) Muarabeliti, 4 Maret 2020.

[Ditukil dari berbagai sumber: Portal Sejarah; Wikipedia; Api Sejarah (AM Suryanegara, 2015); Sejarah Pemerintahan Daerah (Irawan Soejito, 1976); Ichtisar Perkembangan Otoda 1903-1958 (Amrah Muslimin, LAN, 1960); Susunan Neg Kita 1903-1954 (Prof. Soenarko, 1955); Atlas Walisongo (Agus Sunyoto, 2016); Negara Paripurna (Yudi Latif, 2011)].