SERIAL SEJARAH PENJAJAHAN BELANDA ERA 1595-1602 (2)
Oleh: Hendy UP *)
Kendati lawatan Tim Ekspedisi perdana ke Nusantao (Nusantara) yg dipimpin Cornelis de Houtman meninggalkan dukacita mendalam bagi Belanda (163 tewas dari 250 [249?] org awak), tetapi jalan ke negeri pusat rempah2 di Timur Jauh telah terbuka. Ketakutan akan "gangguan" Spanyol dan Portugis baik di perjalanan pelayaran dan di negeri2 yg telah lebih dahulu dijelajahi oleh kedua kerajaan musuh itu, mulai berkurang.
Pada awalnya, Pemerintah Nederland seakan tidak menyokong penuh upaya pengamanan Tim Ekspedisi ini, misalnya mempersenjatai awak kapal dg ijin khusus. Bahkan Pemerintah melarang upaya kekerasan di perjalanan, kecuali diserang lebih dulu oleh perompak bajak laut atau siapa pun. Namun kemudian, setelah beberapa kali mengadakan pelayaran, asas tersebut tidak berlaku.
Dengan kepiawaian para direktur perseroan yang dimotori oleh pemilik NV. Oude Compagnie, disepakatilah untuk melanjutkan pelayaran ke Banten (dan kemudian Ambon) sebagai pusat rempah2. Ke-9 poorters itu sebagai "bewind hebbers" (bewind = pemerintah, hebbers = pemilik) adalah: Gerryt Bicker, Dirk van Oos, Vincent van Bronckhorst, Symon Jansz Fortuyn, Geurt Dirxs, Cornelis van Campen, Jacob Thomasz van den Dael, Elbert Simonzs Jonckheyn, dan Jan Hermansz.
Antara tahun 1597-1598 mereka berpatungan utk berinvestasi sebesar £.768.466 utk membangun 8 kapal dan sarana lainnya serta modal awal utk pelayaran yang kedua. Pada 1 Jan 1598, berangkatlah Tim Dagang kedua menuju Banten via Madagaskar, Cornelis de Houtman sbg penunjuk jalan. Tiba di Banten pada 28 November 1598. Namun dlm perjalanan pulang, di perairan Aceh, terjadi perlawanan sengit dengan pejuang Aceh. Terjadi "duel" di atas kapal Belanda antara Cornelis de Houtman dg Malahayati; dan Cornelis terbunuh dengan sebilah rencong pada 11 September 1599. Peristiwa tersebut dikenang sebagai "Inong Balee".
Dari pengalaman kekacauan dan keributan pada ekspedisi pertama, kehadiran Tim di Banten lebih sopan dan kurang menunjukkan sikap keangkuhan. Di samping itu, Tim juga telah (berkolaborasi dg penguasa Nederland) dibekali "artiel-brief" dari Maurits sebagai Admiral Generaal, yakni berisi instruksi2 bagi pimpinan dan awak kapal (scheepsoverheden en scheepsvolk), syarat2 utk masuk kerja dan modal2 yg biasa dibawakan oleh Geoctrooide Oost-Indische Compagnie. Penerbitan article-brief itu sesungguhnya telah dikeluarkan 16 Januari 1595, sebelum berangkatan Tim Perdana, namun waktu itu belum dianggap penting.
Sebagai "stadhoudher" (anggt Compagnie), masing2 pimpinan persero, juga dibawakan "surat syafa'at" (brieven van voorspraak) utk para Raja dan Sultan di Nusantara. Akan tetapi, karena masing2 persero berlomba mencari keuntungan sebesar2nya, maka persaingan antar stadhouder tak bisa dielakkan. Harga rempah2 di Nusantara semakin mahal bersaing, dan tentu tidak baik bagi persero & pemasukan negara Belanda.
Kembali ke soal persaingan antar-perusahaan dagang, dari 9 poorters sebagai "bewind hebbers" yg awalnya ikut bergabung dlm "Compagnie van Verre", ternyata yg paling sukses adalah NV (Naamloze Vennotschap) Oude Compagnie. Dan demi kepentingan negara, dengan susah payah akhirnya "Staten-Generaal" pada 20 Maret 1602 menerbitkan "oktroi monopoli" kepada "de Generale Nederlandsche Geooctrooiijeerde Oost Indische Compagnie" (GOIC, kemudian menjadi VOC). Dan kelak, oktroi itu diperpanjang 12 kali hingga menjelang bangkrutnya VOC (31 Des 1799), yakni pada tahun: 1623 - 1647 -1673 - 1700 - 1741 - 1742 - 1743 - 1755 - 1777 - 1796 - 1798.
Para direktur perseroan (9 bewind hebbers) masing2 duduk di kamar2 (kantor) besar dan kecil yg dikenal "de Heeren-17"; yakni 8 org dari Kamar Amsterdam, 4 org dari Zeeland (Middelberg), 1 org dari Rotterdam, 1 org dari Delf, 1 org dari Enkhuizen dan 1 org dari Hoorn atau kamar kecil lainnya.
*) Muarabeliti, 7 Maret 2020
[Sumber: idem Serial-1]