Catatan: Hendy UP *]
Bagi generasi Negeri Silampari yang bersekolah SMP antara tahun 1956 hingga tahun 1970-an, pasti sangat akrab dengan dua hal ini: SMP Permiri dan Toko Buku "Remadja".
Menurut Drs. H. Sofian Zurkasie, yang juga Alumni SMP Permiri tahun 1958, pada tahun 1960 hingga 1970-an, di Lubuklinggau adalah sebuah toko buku yang cukup lengkap dan rasanya hanya satu-satunya. Namanya, toko buku "Remadja" yang berlokasi di Djalan Pasar Los No. 85, yang kini lazim disebut Pasar Inpres.
Menurutnya, keberadaan toko itu, mungkin ada kaitannya dengan berdirinya SMP Negeri Permiri pada tahun 1956, sebagai pendukung proses pencerdasan pelajar SMP dan masyarakat Lubuklinggau. Sebutan Permiri adalah singkatan dari Perusahaan Minyak Republik Indonesia yang berdiri tahun 1945 di Kenten Palembang. Salah satu cabangnya ada di Lubuklinggau yang berfungsi sebagai depot & distributor BBM untuk wilayah Kab. Musirawas. Konon, bangunan SMP itu dulunya adalah area perusahaan PERMIRI sehingga masyarakat menyebutnya SMP PERMIRI.
Dalam catatan, SMP ini resmi berdiri pada 9 Juli 1956, dan SMP inilah yang kelak menjadi SMP Negeri pertama, dan hanya satu-satunya SMP Negeri di Lubuklinggau hingga tahun 1979. Sekadar catatan, SMP Negeri No. 2 Lubuklinggau baru berdiri pada 17 Februari 1979 di Tabapingin yang kini berada di Kel. Airkuti Kec. Lubuklinggau Timur 1.
Untuk mendukung keberadaan SMP Permiri, maka berdirilah toko buku "Remadja". Siapa pun pemiliknya, niscaya beliau adalah orang yang cinta buku (pengetahuan) dan berjiwa niaga dan sangat "obsesif" untuk kemajuan generasi suku-bangsa "Moesi Oeloe".
Masih menurut narasumber, pada tahun 1955, di Lubuklinggau belum ada SMP Negeri. Oleh karenanya, dirinya bersekolah di SMP Santo Josep Lahat yang kala itu dikepalai oleh Moeder Goudelief. Setahun kemudian (1956), pindah ke SMP Permiri. Kala itu dikepalai oleh Pak AJ Sulthon, dan tahun berikutnya (1957), kepala sekolahnya digantikan oleh Pak Sutan Nan Sati.
Sepulang sekolah, para pelajar SMP sering menyambangi toko buku Remadja. Di deretan rak bertingkat, susunan buku itu bersilang-tindih bekas pelajar berpilih judul. Rak itu didominasi oleh buku pelajaran SR dan SMP, sedikit sekali buku-buku umum. Pamanku masih mengingat beberapa judul buku pelajaran SMP. Sebutlah, misalnya:
(1) Buku Sedjarah Indonesia utk SMP, karangan Anwar Sanoesi, terbitan Pustaka Pakuan, Bandung;
(2) Buku Aldjabar SMP, karangan Kadarsah, terbitan Pharamaartha, Bandung;
(3) Buku Ilmu Ukur SMP, karangan C. Agil, terbitan Kanisius Yogya;
(4) Buku Pokok-Pokok Kosmografi (ilmu Falak), karangan A. Dasuki, penerbit PT Pembangunan, Djakarta;
(5) Buku Seri Ilmu Hajat, terbitan Kanisius, Yogyakarta. Dan masih banyak judul-judul buku lain.
Entah kapan toko Buku Remadja itu ditutup, aku belum mendapat info. Tapi pada tahun 1978-1985, di Lubuklinggau sudah bertumbuh toko-toko buku baru. Yang sering aku kunjungi dan mengenal secara personal dengan pemiliknya antara lain: (1) Toko buku MUTIARA HIKMAT, di Simpang Statsiun KA Jln. Jend. Sudirman No. 09. Pemilik adalah M. Syukron AL; (2) Toko buku MELATI di Talangjawa depan Bioskop Sindang. Pemiliknya adalah A. Roni;
(3) Toko buku Sriwijaya di Jln. Jend. Sudirman. Pemiliknya adalah WNI Tionghoa, tak kenal sama sekali!
Adapun tempat langgananku sewa komik adalah di "Depot Rahmat" di depan statsiun KA. Pemiliknya adalah Kak Rahmat, orang Kertopati Palembang. Sedangkan tempatku berlangganan koran "Kompas" adalah Depot Koran Lapangan Merdeka, yang kini jadi Kompleks Masjid Agung. Tahun 1980-an, harga langganan per bulan Rp. 14.500,- ***
*) Muarabeliti, 27 Juni 2025