Jika hari~hari ini melintasi jalan raya
Tugumulyo~Megangsakti, khususnya sekitaran SPBU Trikoyo, Anda akan
menyaksikan 'rombongan' penggali kabel raksasa oranye milik PT.
Indosat.
Gambar: Anto dan Abi, buruh pasang kabel Indosat di depan SPBU Trikoyo [4 Feb 2019].
Adalah
Anto, Abi, Harun, Sakib dan tigapuluhan temannya yang mendapat 'kontrak
kerja' pembangunan jaringan kabel PT. Indosat. Kontrak memasang kabel
sepanjang 25 km dari Srikaton ke Megangsakti. Mereka tiba pada 1 Januari
2019 lalu dan menetap di P2. Purwodadi menyewa rumah di dekat kantor
desa.
Abi~Anto dan kawan~kawannya adalah perantau yg telah malang
melintang dalam hal gali~menggali pinggiran jalan raya utk memasang
kabel jaringan: Telkomsel, Indosat, Muratel dll. Mereka pernah menggali
di seantero Nusantara dari Aceh hingga Flores NTT. Mengitari Sulawesi ~
Batam hingga Kalimantan.
Rupanya profesi 'menggali' jalanan utk
memasang jaringan kabel ini ditekuni oleh warga Kecamatan Banjarharjo
Kabupaten Brebes, khususnya desa Tegalreja.
Ketika pada Senin
siang 4 Feb 2019, saya wawancara dg mereka tentang upah kerja, dengan
semburat sedih~memilu mengatakan bahwa upah per meter penggalian dan
pemasangan kabel itu Rp. 11 ribu plus uang makan Rp. 50 ribu. Sehari
bisa memasang sekitar 20 meter maju. Jadi perolehan kotor per hari 200
ribuan. "Yaa... bersihnya 100 ribuan, Pak", kata Abi memelas. Kalau
penggalian ketemu batu atau akar kayu itu risiko sendiri dan pasti akan
mengurangi pendapatan. Mereka kerja rata2 berpasangan dua orang.
"Kami
bekerja menggali ini sudah sejak tahun 2007~an. Pulang ke kampung
menemui anak istri paling cepat dua bulan sekali. Di rumah paling lama
semingguan", sambung Abi sambil memungut bongkahan tanah di lobang
sedalam hampir dua meter berlumpur.
Gambaran kehidupan
pekerja musiman itu menunjukkan bahwa lapangan kerja kini sedemikian
sulit dengan upah yg rendah. Ketidakmampuan bersaing dalam merebut
lapangan kerja yg 'lebih layak' adalah faktor un~skill pada mayoritas
penduduk perdesaan. Di sektor industri mereka tak dikehendaki, sementara
di sektor tani mereka tak punya lahan (dan modal). Maka, kita hanya
berharap ada kebijakan Pemerintah RI yang mampu berfikir cerdas untuk
menghalau 'kedunguan massal'. Allohua'lam...!!