Berkah dana desa yang ratusan juta tidak otomatis memandirikan warganya.
Perlu sentuhan kreativitas, kejujuran, kerja keras dan kesungguhan sang
"raja desa" yang diserahi kewenangan melalui UU Desa dan aturan
derivasinya sebagai pedoman teknikalitas di lapangan.
Adalah Joko
Silama, Kades Pakowabunta, Kec. Nuhon, Kab. Luwukbanggai Sulteng dengan
kepiawaiannya mampu menggugah 'tidur lelap' warganya sembari mengubah
'mind set' kedusunannya memasuki dunia persaingan melalui sentuhan
keteladan Sang Kades. Da'wah ekonominya dimulai dari rumah ibadah:
masjid desa.
Malam itu, segera setelah dilantik sebagai Kades,
ba'da shalat Isya berjamaah, Pak Kades berdiri mengumumkan bahwa seluruh
warganya bergotong~royong meratakan timbunan lahan masjid. Dan 'Sang
Raja' terjun duluan memimpin kerja bakti. Usai gotong~royong malam itu,
Kades Joko berkeliling ke dusun~dusun utk memastikan kondisi warganya:
yang nelayan pesisir pantai, yang beternak sapi~kambing hingga yang
bertani kebun kelapa dan hortikultura.
Ia pun gusar atas
predikat desanya yang senantiasa 'berkonflik~bebuyutan' dengan desa~desa
tetangga. Masyarakatnya yang berkarakter 'keras' sebagaimana perangai
warga pesisir pada umunya, secara perlahan ia da'wahi dengan penuh
kelembutan nurani. Tak bosan~bosan...! Dan hasilnya, tiga tahun
menjabat Kades, ia terpilih menjadi Kades terbaik se Sulteng.
Kades
Joko adalah mantan Penyuluh Pertanian Swadaya: bisa ketua Taruna Tani,
Kontak Tani atau pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan(KTNA). Atas
ketekunan dan kegigihannya berkiprah di pertanian, ia pernah 'magang
tani' di Jepang.
RPJM~Desanya sangat sederhana, 'to the point',
tidak muluk~muluk tapi menukik kepada realitas lapangan. "Ini memang
kerja berat, tapi kalau saya hanya sekedar omongan (teori) dan tidak
dibarengi kerja keras, keteladanan dan doa, maka akan sangat sulit...",
begitu keyakinan Kades Joko suatu waktu.
Dengan kecerdasan dan
keyakinannya, yang pertama ia lakukan adalah memetakan aneka persoalan:
terutama model pemberdayaan masyarakat. Da'wah ekonomik~kulturalnya
dibangun dari masjid. Mula~mula memetakan problem ekonomi dengan cara
menyusun kluster dengan prioritas berdasarkan kemampuan SDM dan dominasi
sektor. Dana desa dimanfaatkan sesuai dengan pedoman PP No. 43 Tahun
2014; dan selalu istiqomah dengan aturan yang ada. Kebijakan yang
diambil selalu dimusyawarahkan dengan BPD dan tokoh masyarakat.
Para
petambak ikan difasilitasi dengan pembangunan areal empang seluas 15
hektar yang melibatkan 64 kk sebagai sarana usaha pokoknya. Yang
beternak kambing dan sapi ia modali sapi dan kambing berikut pembinaan
teknisnya.
Khusus untuk para 'emak~emak' dilibatkan dalam proses
pembuatan arang tempurung kelapa yang selama ini berserakan menyampah
dan belum pernah dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan keluarga.
Ibu~ibu yang lain dibekali keterampilan membuat industri rumahan keripik
pisang dan 'stik tulang ikan' yang, kemudian justeru menjadi juara dan
menjadi pavorit dalam lomba PKK se Kab. Luwukbanggai. Bahkan Kades Joko
dan Timnya pernah belajar keterampilan 'olah~mengolah' pasca panen ikan
ke Palembang.
Kades Joko memang tidak hanya cerdas dan sabar,
tapi lebih dari itu. Yang dia kerjakan adalah ketulusan~kejujuran dan
kerja keras tak henti~henti. Keteladanan dan kreativitasnya yang
dibarengi doa tulusnya itulah yang senantiasa tak kekurangan ide untuk
membangun kemandirian warganya. Karakter inilah yang menjadi 'branding'
Kades Joko Silama.
Saya tidak sedang menganjurkan agar para Kades
di Musirawas, Muratara atau Empatlawang dan Rejanglebong untuk studi
banding ke Kades Joko. Karena seberapa pun sering para Kades studi
banding ke daerah maju, pada akhirnya kembali kepada karakter dasar para
Kades. Kades Joko adalah 'inspiring to build our dusun'. Allohua'lam
bishowab. [Disarikan dari: http://www.hidayatullah.com].