Koran Musirawas Ekspres (Mureks) ditakdirkan lahir sebagai 'anak kandung' Linggau Pos (Lipos) pada Selasa, 1 Juli 2008. Berbeda dengan induknya, Mureks memilih frasa "Koran Kebanggaan Masyarakat Silampari" sebagai tagline. Yaa... komplementer dengan Sang Induk yang mengklaim "Pertama dan Terbesar di Bumi Silampari". Lipos lahir pada Senin, 12 Februari 2001.
Masyarakat Silampari agaknya cukup faham bahwa koran-koran dan jaringan TV: LinggauPos - Mureks - Silampari - Sumeks - Jawa TV (JTV) dan puluhan yang lainnya mutlak di bawah kendali 'manajemen agung' Jawa Pos Grup (JPG) dan Jawa Post National Network (JPNN)-nya. Soal modal awal dan 'kompetisi' bisnis serta kemandirian wirausaha, sangat 'dijamin' aman oleh sistem manajemen Graha Pena di kawasan Ketintangbaru Surabaya.
Tapi masyarakat mungkin banyak belum tahu bahwa sejarah 'nenek-moyang' koran Mureks sebenarnya sangat panjang dan telah berumur cukup tua. Di pangkal riwayat ada: The Chung Shen, Eric Samola dan Dahlan Iskan yang agaknya ditakdirkan sebagai 'wirausahawan koran'.
Adalah seorang bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo (lahir 1893) dengan kepiawaian bisnisnya, mendirikan koran Djava Post di Surabaya pada 1 Juli 1949. Untuk melayani aneka segmen, diterbitkan pula koran Hwa Chiao Sien Wen (berbahasa Mandarin) dan koran de Vrije Pers (berbahasa Belanda) dan Daily News (Inggris).
Dalam perjalanannya, karena dinamika politik dan kompetisi bisnis, akhirnya tiga korannya tutup; tersisa Djawa Post sebagai metamorfosis dari Djava Post plus 3 koran mendiang. Untuk mengelola koran-korannya ditunjuk Pemred pertama Goh Tjing Hok (1953) dan diteruskan oleh Cina Republiken Thio Oen Sik. Konon, selama 4 tahun, The Chung Shen mengelola sendiri dari: mencari, menyeleksi, mengkompilasi dan mengedit hingga proses pencetakan.
Ketika di tahun 1982 tirasnya nyaris bangkrut dan tersisa 6.800 eksemplar per hari, maka tidak ada pilihan lain, kecuali 'menyerahkan diri' kepada teman bisnisnya di Majalah Tempo (Grup) yakni Bung Eric FH Samola. Bung Eric meyakini kegigihan Dahlan Iskan yang kala itu menjabat Kabiro Tempo di Surabaya, wartawan 'kawakan' yang tahan banting plus memiliki karakter petarung tak kenal menyerah. Tanggal 1 April 1982 adalah hari bersejarah bagi Dahlan ketika menerima mandat sebagai Manajer Jawa Post.
Dan di tangan duet Eric- Dahlanlah prestasi Jawa Post melejit membumbung langit. Di luar dugaan banyak pihak, oplahnya melejit hingga 300 ribu eksemplar hanya dalam tempo 5 tahun (1987). Tidak hanya itu prestasinya, dalam tahun itu juga terbentuk JPNN yang memiliki 40 jaringan percetakan, menerbitkan aneka produk: tabloid, majalah dan koran lokal di 80 kota di seantero Nusantara. Luar biasaaa...!
Kepiawaian Sang Dahlan Iskan yang cerdas-tawadu dan 'super-inovatif' telah teruji oleh waktu. Kariernya di aneka gelanggang, menginspirasi banyak petinggi negeri hingga kalangan millenial. Dari mengudek-udek 'kabel PLN' yang kusut berbelit-belit, hingga mengobok-obok manajemen BUMN yang lamban dan cenderung korup. Namun 'segerombolan' orang yang tak mampu bersaing dg Dahlan merasa gerah kepanasan, merasa perlu menghadang di tengah jalan. Menjegal..!
Dan di akhir kariernya di birokrasi, Bung Dahlan nyaris 'kepleset' menginjak kulit pisang yang sengaja di lempar orang di depan gerbang rumahnya. Syukurlah doa-doanya makbul. Alhamdulillah. Si pelempar kulit pisang patah arang. Orang jujur ternyata lebih makmur umurnya. Semoga Bung Dahlan tetap istiqomah.
Sebagai pencinta Mureks, saya berharap agar Keluarga Besar Mureks wajib hukumnya untuk meneladani Bung Dahlan dalam berjibaku menggelorakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai filosofi dan sejarah pers nasional dengan konten kearifan lokal. Agar senantiasa menjadi kebanggaan masy Bumi Silampari. Dirgahayu Mureks...!!! Berlarilah di depan generasi millenial. Bukan mengekor di buritan..!
*) Pemerhati surat kabar lokal
Masyarakat Silampari agaknya cukup faham bahwa koran-koran dan jaringan TV: LinggauPos - Mureks - Silampari - Sumeks - Jawa TV (JTV) dan puluhan yang lainnya mutlak di bawah kendali 'manajemen agung' Jawa Pos Grup (JPG) dan Jawa Post National Network (JPNN)-nya. Soal modal awal dan 'kompetisi' bisnis serta kemandirian wirausaha, sangat 'dijamin' aman oleh sistem manajemen Graha Pena di kawasan Ketintangbaru Surabaya.
Tapi masyarakat mungkin banyak belum tahu bahwa sejarah 'nenek-moyang' koran Mureks sebenarnya sangat panjang dan telah berumur cukup tua. Di pangkal riwayat ada: The Chung Shen, Eric Samola dan Dahlan Iskan yang agaknya ditakdirkan sebagai 'wirausahawan koran'.
Adalah seorang bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo (lahir 1893) dengan kepiawaian bisnisnya, mendirikan koran Djava Post di Surabaya pada 1 Juli 1949. Untuk melayani aneka segmen, diterbitkan pula koran Hwa Chiao Sien Wen (berbahasa Mandarin) dan koran de Vrije Pers (berbahasa Belanda) dan Daily News (Inggris).
Dalam perjalanannya, karena dinamika politik dan kompetisi bisnis, akhirnya tiga korannya tutup; tersisa Djawa Post sebagai metamorfosis dari Djava Post plus 3 koran mendiang. Untuk mengelola koran-korannya ditunjuk Pemred pertama Goh Tjing Hok (1953) dan diteruskan oleh Cina Republiken Thio Oen Sik. Konon, selama 4 tahun, The Chung Shen mengelola sendiri dari: mencari, menyeleksi, mengkompilasi dan mengedit hingga proses pencetakan.
Ketika di tahun 1982 tirasnya nyaris bangkrut dan tersisa 6.800 eksemplar per hari, maka tidak ada pilihan lain, kecuali 'menyerahkan diri' kepada teman bisnisnya di Majalah Tempo (Grup) yakni Bung Eric FH Samola. Bung Eric meyakini kegigihan Dahlan Iskan yang kala itu menjabat Kabiro Tempo di Surabaya, wartawan 'kawakan' yang tahan banting plus memiliki karakter petarung tak kenal menyerah. Tanggal 1 April 1982 adalah hari bersejarah bagi Dahlan ketika menerima mandat sebagai Manajer Jawa Post.
Dan di tangan duet Eric- Dahlanlah prestasi Jawa Post melejit membumbung langit. Di luar dugaan banyak pihak, oplahnya melejit hingga 300 ribu eksemplar hanya dalam tempo 5 tahun (1987). Tidak hanya itu prestasinya, dalam tahun itu juga terbentuk JPNN yang memiliki 40 jaringan percetakan, menerbitkan aneka produk: tabloid, majalah dan koran lokal di 80 kota di seantero Nusantara. Luar biasaaa...!
Kepiawaian Sang Dahlan Iskan yang cerdas-tawadu dan 'super-inovatif' telah teruji oleh waktu. Kariernya di aneka gelanggang, menginspirasi banyak petinggi negeri hingga kalangan millenial. Dari mengudek-udek 'kabel PLN' yang kusut berbelit-belit, hingga mengobok-obok manajemen BUMN yang lamban dan cenderung korup. Namun 'segerombolan' orang yang tak mampu bersaing dg Dahlan merasa gerah kepanasan, merasa perlu menghadang di tengah jalan. Menjegal..!
Dan di akhir kariernya di birokrasi, Bung Dahlan nyaris 'kepleset' menginjak kulit pisang yang sengaja di lempar orang di depan gerbang rumahnya. Syukurlah doa-doanya makbul. Alhamdulillah. Si pelempar kulit pisang patah arang. Orang jujur ternyata lebih makmur umurnya. Semoga Bung Dahlan tetap istiqomah.
Sebagai pencinta Mureks, saya berharap agar Keluarga Besar Mureks wajib hukumnya untuk meneladani Bung Dahlan dalam berjibaku menggelorakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai filosofi dan sejarah pers nasional dengan konten kearifan lokal. Agar senantiasa menjadi kebanggaan masy Bumi Silampari. Dirgahayu Mureks...!!! Berlarilah di depan generasi millenial. Bukan mengekor di buritan..!
*) Pemerhati surat kabar lokal